
Berita Teraktual-Tenggamus, Lampung
Sejak tahun 1996, B. Suprapto, SPdI, menapakkan langkahnya di SDN II Banjarnegri, Tenggamus. Hari-harinya dipenuhi canda tawa anak-anak, coretan kapur di papan tulis, serta kesabaran mendidik generasi bangsa. Kini, langkah itu harus berhenti di gerbang purna bhakti.
Perpisahan bukan perkara mudah. Murid-murid yang terbiasa disapa dengan penuh kelembutan, dan para wali murid yang kerap menitipkan doa, harus merelakan sosok guru yang bersahaja ini undur diri. Tangis dan haru tak terelakkan, sebab kepergiannya meninggalkan ruang kosong yang sulit tergantikan.
Bagi keluarga, Suprapto bukan hanya seorang guru, tetapi juga teladan hidup. Suryono, ST, yang akrab disapa “Ketua Aing”, mengaku banyak belajar dari sang paman. “Paman saya menjadi inspirasi untuk saya dapat berbuat banyak untuk negeri ini, terutama untuk masyarakat banyak,” ujarnya lirih.
Ikhlas dan ketulusan menjadi kunci mengapa Suprapto begitu dicintai. Ia tidak menuntut lebih dari apa yang telah diberikan negara, meski hidupnya sederhana. Pengabdiannya seolah mengingatkan kita bahwa guru sejati adalah mereka yang rela memberi, meski kadang tak mendapat balasan sepadan.
“Sulit menemukan sosok guru seperti paman saya di masa ini. Ikhlasnya, kesabarannya, dan cintanya pada murid membuatnya istimewa,” tambah Suryono.
Kini, setelah puluhan tahun mengabdi, B. Suprapto menutup lembaran sebagai pendidik formal. Namun, jejaknya akan tetap abadi dalam ingatan murid-muridnya. Sosoknya menjadi pengingat bahwa pahlawan tanpa tanda jasa masih nyata ada di sekitar kita. (Red)